Wednesday, August 23, 2017

pengertian Drama beserta contoh naskahnya

DRAMA

Drama adalah karya sastra berbentuk diaolog/tingkah laku (acting) yang dipentaskan.
Drama terdiri dari unsur intrinsic dan ekstrinsik                                          
v  Unsur intrinsik
ü  Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan kea rah klimaks dan selesaian.
Dalam drama alur itu terbagi atas susunan babak dan adegan. Seperti juga bentuk sastra lainnya, naskah drama di atas bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi(denouement).
·         Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi siatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut
·         Komplikasi atau bagian tengah certa, mengembangkan konflik. Pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk mennanggulangi rintangan ini
·         Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).
ü  Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama di klasifikasikan sebagai berikut
·         Tokoh gagal/tokoh badut (the foil). Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadirannya untuk mempertegas tokoh lain.
·         Tokoh idaman (the type character). Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakter yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
·         Tokoh statis (the static character). Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal sampai akhir.
·         Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita ini berlangsung. Misalnya dari yang sangat setia menjadi tidak setia, dan berkhianat
ü  Latar adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. Latar juga dapat dinyatakan  yang melalui percakapan paras tokohnya. Dalam pementasannya, latar dapat dinyatakan dalam tat panggung/tata cahaya.
ü  Bahasa dalam drama tidak hanya sebagai media komunikasi antar tokoh namun juga bisa menggambarkan karakter tokoh, latar, ataupun peristiwa yang sedang terjadi.
ü  Perlengkapan yaitu sejumlah fasilitas diperlukan sebagai pelengkap cerita. Beberapa diantaranya panggung, pencahayaan, dan system akustik.
v  Unsur ekstrisik
Segala sesutu yang di luar drama namun berkaitan dengan carita tersebut. Unsur yang dimaksud antara lain, adalah sosial, budaya, politik dll.
Dan menyebutkan nama-nama pemeran, sutradara, scenario dll.
Ø  Langkah-langkah pementasan drama
a.       Menyusun naskah
b.      Melakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah
c.       Calon pemain membaca keseluruhan cerita sehingga dapat mengenali masing-masing peran
d.      Melakukan pemilihan peran
e.       Mendalami peran yang akan dimainkan
f.       Sutradara mengatur teknik pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
g.       Pemain menjalani latjhan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas
h.      Gladiresik atau latihan terakhir sebelum pentas
i.        Pelaksanaan pementasan sesuai dengan yang telah direncanakan.
*      Hal-hal lain yang terdapat pada drama
·         Prolog, adalah pembuka menggambarkan awal cerita dan kemunculan tokoh
·         Monolog, adalah percakapan tunggal seorang tokoh dalam drama
·         Dialog, adalah percakapan yang terjadi antar tokoh dalam drama
·         Epilog, adalah menggambarkan akhir dan proses selesainya cerita.

contoh naskah drama

 Contoh 1
Sinopsis: Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang melepaskan dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab dampak ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma tersendiri bagi orang terdekat yang ditinggalkan.
Tema  : Pendidikan
Judul  : Kesehatan Sang Ibu
Pemeran :
  1. Ibu
  2. Fensa
  3. Noftavia
  4. Dokter
Naskah
Suatu ketika handphone Fensa bergetar di pagi hari, suatu hal yang tidak lumrah sebab nomor yang etrtera adalah nomor kakanya, Noftavia. Merasakan ada hal yang aneh, di pagi buta sudah menelfon padahal biasanya cukup mengirimkan pesan singkat. Fensa langsung mengangkat pada deringan yang pertama.
Fensa:”Halo.. Assalamu’alaikum..”
Noftavia:”Wa’alaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?”
Fensa:”Ada apa mbak?”
Noftavia:”Pulang bisa pagi ini juga?”
Fensa:”Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa dikeluarkan!”
Noftavia:”Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang dulu, tengok ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.”
Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan giat. Kini terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha menepis dengan kuat.
Fensa:”Iya, aku pulang sekarang…!”
Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju yang mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat. Sepanjang perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari wilayah Bogor. Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam benaknya hanya ada ibu, ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.
Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang rawat sang ibu.
Noftavia:”Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..”
Fensa:”Iya kak..”
Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama ini. Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya. Justrus eulas senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.
Fensa:”Ibu wajahnya kok bisa begini?”
Ibu:”Tidak apa-apa..”
Fensa:”Dok, ibu kok bisa begini kenapa?”
Dokter:”Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu anda.”
Fensa:”Apa itu?”
Dokter:”Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi di ginjal. Sehingga membuat ibu anda sukar membuang sampah dlaam tubuhnya mbak.”
Noftavia:”Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar keringat dek..”
Dokter:”cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karen aginjal yang terganggu. Mengakibatkan kulit ibu anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara mengguankan infus khusus agar bisa kencing dan berkeringat.”
Fensa:”Apakah bisa diatasi dok?”
Dokter:”Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan kemudahan dari-Nya!”
Noftavia:”Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?”
Dokter:”Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman instan. Padahal tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada ginjal ibu anda.”
Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini dengan selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta perawatanya.
Noftavia:”Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan. Kondisi ibu tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi, hanya mau makan buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.”
Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah, membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes. Sang ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang praktis cara membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan melalui ini semua adalah jalan yang terbaik.
Fensa:”Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.”
Noftavia:”Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi kesehatan agar tidak tunggang langgang begini.”
Fensa:”Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu yang baik. Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
Noftavia:”Semoga saja”
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat mereka akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang dianggap sepele.
Ibu:”Kapan sampai sa?”
Fensa:”Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan sembuhnya?”
Ibu:”gak apa-apa.”
Fensa:”Ibu selalu saja bilang ‘gak apa-apa’. Yang sakit apa bu? Perutnya sakit kalau makan?”
Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur tubuh ibunya terlihat penuh keriput. Karen akulit yang tadinya menggembung karena penumpukan cairan kini tepah kempis dan meinggalkan bekas. Bekas yang sangat menyakitkan, mencerminkan penderitaan ibunya yang tidak perbah diungkapkan kepada kedua putrinya.
Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan permohonan dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat merawat di rumah sakit menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu akan dirawat di rumah oleh Noftavia. Sebab fensa harus ebkerja untuk mencari biaya berobat sang ibu setiap bulannya. Semakin hari keadaan ibu memang semakin membaik, meskipun sejak keluar dari rumah sakit. Sang ibu suda tidak pernah lagi berpijak di tanah dengan kedua kakinya. Kesehatan itu mahal harganya, sakit berat seharusnya tetap dijaga asupan konsumsi hariannya.
 
Contoh 2 

Judul : patuh pada orangtua.
Tema : sosial.
Jumlah pemeran : Drama 3 orang.
1. Tomy
2. Lisa
3. Sinta
Sinopsis drama :
Tomy sedang ngobrol dengan Lisa disebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Tomy dan Lisa adalah dua remaja yang sangat patuh pada orangtua. Tidak lama kemudian datanglah Sinta. Sinta adalah sosok remaja yang kurang memperhatikan perintah orangtua dan sering melanggarnya.
Sinta : Eh.. ada apa kok kelihatannya lagi pada serius gitu?
Tomy :Eh kamu Sinta.. nggak kok, Lisa cerita ke aku kalau dia kemarin disuruh Ibunya untuk beli barang kebutuhan dapur, tapi dia kelupaan.
Lisa : Iya, Sinta.
Sinta : Terus? Kenapa gitu aja kok kayak jadi masalah serius gitu buat kamu Lisa?
Lisa : Ya iya dong, itu namanya kan aku nggak ngendahin perintah Ibu aku. Kan nggak baik kalau seorang anak sering nggak memperhatikan perintah orangtuanya.
Tomy : Betul tu.. harusnya Lisa nggak suka lupa gitu.
Sinta : Yea elah.. kalau cuman gutu aja mah aku sering. Ngapain juga urusan kecil gitu aja kalian pikir ampe segitunya.
Tomy : Kok kamu seperti itu sih Sinta? Ya sudah seharusnya dong Lisa menyesal, kan itu nggak bagus namannya. Nggak memperdulikan perintah orangtua.
Sinta : Kalau aku sih, bukan sekali-dua kali saja begituan. Lagian yang namanya nggak ingat mau gimana lagi. Masak setiap orangtua nyuruh kita harus dipenuhin, nggak juga kan?
Lisa : Ya harus dong Sinta. Yang namanya orangtua kalau udah nyuruh kita yang kita harus kerjakan.
Tomy : Ah.. aku sih kalau sempat yang aku kerjain, kalau nggak yang nggak.
Lisa : Itu nggak baik Sinta. Itu namanya kamu anak yang tidak patuh pada perintah orangtua. Kamu harus bisa merubah sikap kamu, ntar kamu jadi anak yang durhaka lagi.
Tomy : Betul kata Lisa itu Sinta. Kamu harus berubah. Jangan membiasakan diri meremehkan perintah Ibu/Ayah kamu. Nggak baik itu.
Sinta : Iya deh.. aku ngerti.
 

No comments: