Thursday, August 24, 2017

Pengertian Notulen, Contoh Notulen, Membuat Notulen yang baik dan Benar dan Contoh Notulen Yang Benar dan Penjelasan Notula/Notulis

Pengertian Notulen, Contoh Notulen, Membuat Notulen yang baik dan Benar dan Contoh Notulen Yang Benar dan Penjelasan Notula/Notulis

 A. Pengertian Notulen

Notulen adalah sebuatatan tentang perjalanan suatu kegiatan baik rapat, seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara yang ditulis oleh seorang Notulis, yang akan dilaporkan oleh Ketua kegiatan, dan akan dipertanggung jawabkan suatu saat pada seluruh anggota atau peserta acara.
   
Notulen adalah naskah dinas yang membuat catatan jalannya acara (kegiatan) mulai dari pembukaan, pembahasan masalah, sampai dengan pengambilan keputusan, serta penutupan.
Notulen sekurang-kurangnya berisi:




  • Tujuan kegiatan
  • Pikiran-pikiran yang akan dibahas dalam kegiatan
  • Saran dan keputusan dalam kegiatan
  • Waktu pelaksanaan
  • Pihak-pihak yang hadir dalam kegiatan.
  • B. Susunan Notulen
    Susunan kepala notulen dilakukan agar para notulis dapat dengan mudah mengerti bagaimana cara penulisan notulen dengan baik dan benar. Selain itu, juga agatr notulen dapat tersusun dengan rapi dan sistematis.
    a. Kepala Notulen
    Kepala Notulen merupakan bagian-bagian yang pertamakali harus diingat dalam penulisan tanpa tertinggal. Adapun kepala notulen terdiri atas :
    1. Nama atau tema yang akan dibahas
    2. Hari dan tanggal acara dilaksanakan
    3. Waktu (Jam) pelaksanaan acara
    4. Tempat pelaksanaan acara
    5. Acara saat berlangsung
    6. Unsur-unsur yang terlibat dalam rapat, yaitu :


    • Ketua dan Wakil Ketua
    • Sekretaris
    • Notulis
    • Peserta
    b. Isi Notulen
    Isi Notulen merupakan suatu bagian dari susunan notulen yang isinya berupa hal-hal yang dianggap penting dalam kegiatan tersebut, tanpa ada yang tertinggal.Maksud dari pembuatan isi notulen adalah agar dapat membedakan dari susunan matematis dalam notulen tersebut.
    Adapun susunan sistimatika dalam penulisan notulen adalah :
    • Kata pembukaan
    • Pembahasan
    • Pembacaan Keputusan dari Hasil
    • Waktu (Jam) penutupan
    C. Bagian Akhir Notulen
    Bagian Akhir dari notulen merupakan penulisan atau penjelasan tentang hal-hal yang berada pada akhir penulisan notulen. Namun, walaupun letaknya diakhir, pengertian dan kedudukannya sangat penting dalam penulisan notulen.

    Susunan sistematika dari bagian akhir notulen adalah :
    • Nama Jabatan
    • Tanda tangan
    • Nama pejabat, pangkat, dan NIP

    D. Penandatanganan
    Penandatanganan merupakan kumpulan tanda tangan orang-orang yang dianggap penting terhadap pertanggung jawaban acara yang dilaksanakan.

    Berikut adalah penjelasan tentang penandatanganan :

    Notulen yang ditanda tangani oleh pejabat dilingkungan sekretariat daerah dibuat dalam kertas ukuran folio dengan menggunakan kop naskah dinas sekretariat.

    Notulen yang ditanda tangani oleh pejabat dilingkungan satuan organisasi dibuat dalam kertas ukuran folio, dengan menggunakan kop naskah dinas satuan organisasi yang bersangkutan.

    Notulen ditanda tangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Notula.
    Contoh

    ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH

    SEKOLAH MENENGAH ATAS INSAN BUDI

    Jalan Maengket 46 Manado



    NOTULEN RAPAT



    Hari, tanggal    : Kamis, 9 Agustus 2007

    Tempat                        : Ruang OSIS SMA Insan Budi

    Waktu              : 12.00-13.00 WIT

    Susunan acara  : 1. Pembukaan

                              2. Sambutan Kepala Sekolah

                              3. Pembentukan Panitia Peringatan HUT RI ke-61

                              4. lain-lain

                              5. penutup

    Hasil Rapat

    1.      Rapat dibuka Ketua OSIS SMA Insan Budi pukul 12.00 WIT.

    2.      Dalam sambutannya, Bapak Kepala SMA Insan Budi memberi saran agar panitia peringatan kemerdekaan RI dibentuk dengan anggota meliputi perwakilan setiap kelas dan pengurus OSIS.

    Perlu diselelenggarakan beberapa lomba seni, olahraga, dan lingkungan hidup yang memberi motivasi sportivitas, aktivitas, dan kreativitas siswa.

    Pembagiaan hadiah bagi pemenang lomba dilaksanakan setelah upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

    3.      Susunan Panitia

    Ketua Panitia               : Oky Pradana Bolang

    Wakil Ketua Panitia     : Tamara Ratulangi

    Sekretaris                     : Alexandra Dotulong

    Bendahara                   : Kristina Laila

    Seksi Lomba

    a.       Seni Lukis              : Andi Rizal

    b.      Seni Tari                : Vina Rahasia

    c.       Bola Voli               : Dony Mamesah

    d.      Sepak Bola                        : Rudi Mambo

    e.       Kebersihan Kelas   : Cynthia Kawilarang

    f.       Keindahan Taman : Lia Sehertian

    Jadwal kegiatan

    a.       Persiapan lomba tanggal 10 Agustus 2007

    b.      Rapat panitia tanggal 11 Agustus 2007

    c.       Pelaksanaan lomba 12 s.d. 16 Agustus 2007

    d.      Pemberian hadiah 17 Agustus 2007

    4.      Lain-lain

    Vina Rahasia, seksi lomba tari, mengusulkan agar pemenang lomba tari mendapat kesempatan untuk mementaskan tariannya usai upacara HUT Kemerdekaan RI ke-61. Usul ini diterima Ketua OSIS dan seluruh peserta rapat.

    5.      Penutup

    Rapat ditutup dengan doa oleh Ketua OSIS SMA Insan Budi pukul 13.00 WIT.






    Notulis,


    Andri Sugiana
    sumber: 
    http://akfil88.blogspot.co.id/2015/01/materi-pembelajaran-kelas-xi-sma.html
    http://jayzsky.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-notulen-contoh-notulen.html

    Wednesday, August 23, 2017

    pengertian Drama beserta contoh naskahnya

    DRAMA

    Drama adalah karya sastra berbentuk diaolog/tingkah laku (acting) yang dipentaskan.
    Drama terdiri dari unsur intrinsic dan ekstrinsik                                          
    v  Unsur intrinsik
    ü  Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan kea rah klimaks dan selesaian.
    Dalam drama alur itu terbagi atas susunan babak dan adegan. Seperti juga bentuk sastra lainnya, naskah drama di atas bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi(denouement).
    ·         Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi siatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut
    ·         Komplikasi atau bagian tengah certa, mengembangkan konflik. Pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk mennanggulangi rintangan ini
    ·         Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).
    ü  Penokohan
    Tokoh-tokoh dalam drama di klasifikasikan sebagai berikut
    ·         Tokoh gagal/tokoh badut (the foil). Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadirannya untuk mempertegas tokoh lain.
    ·         Tokoh idaman (the type character). Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakter yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
    ·         Tokoh statis (the static character). Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal sampai akhir.
    ·         Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita ini berlangsung. Misalnya dari yang sangat setia menjadi tidak setia, dan berkhianat
    ü  Latar adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. Latar juga dapat dinyatakan  yang melalui percakapan paras tokohnya. Dalam pementasannya, latar dapat dinyatakan dalam tat panggung/tata cahaya.
    ü  Bahasa dalam drama tidak hanya sebagai media komunikasi antar tokoh namun juga bisa menggambarkan karakter tokoh, latar, ataupun peristiwa yang sedang terjadi.
    ü  Perlengkapan yaitu sejumlah fasilitas diperlukan sebagai pelengkap cerita. Beberapa diantaranya panggung, pencahayaan, dan system akustik.
    v  Unsur ekstrisik
    Segala sesutu yang di luar drama namun berkaitan dengan carita tersebut. Unsur yang dimaksud antara lain, adalah sosial, budaya, politik dll.
    Dan menyebutkan nama-nama pemeran, sutradara, scenario dll.
    Ø  Langkah-langkah pementasan drama
    a.       Menyusun naskah
    b.      Melakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah
    c.       Calon pemain membaca keseluruhan cerita sehingga dapat mengenali masing-masing peran
    d.      Melakukan pemilihan peran
    e.       Mendalami peran yang akan dimainkan
    f.       Sutradara mengatur teknik pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
    g.       Pemain menjalani latjhan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas
    h.      Gladiresik atau latihan terakhir sebelum pentas
    i.        Pelaksanaan pementasan sesuai dengan yang telah direncanakan.
    *      Hal-hal lain yang terdapat pada drama
    ·         Prolog, adalah pembuka menggambarkan awal cerita dan kemunculan tokoh
    ·         Monolog, adalah percakapan tunggal seorang tokoh dalam drama
    ·         Dialog, adalah percakapan yang terjadi antar tokoh dalam drama
    ·         Epilog, adalah menggambarkan akhir dan proses selesainya cerita.

    contoh naskah drama

     Contoh 1
    Sinopsis: Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang melepaskan dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab dampak ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma tersendiri bagi orang terdekat yang ditinggalkan.
    Tema  : Pendidikan
    Judul  : Kesehatan Sang Ibu
    Pemeran :
    1. Ibu
    2. Fensa
    3. Noftavia
    4. Dokter
    Naskah
    Suatu ketika handphone Fensa bergetar di pagi hari, suatu hal yang tidak lumrah sebab nomor yang etrtera adalah nomor kakanya, Noftavia. Merasakan ada hal yang aneh, di pagi buta sudah menelfon padahal biasanya cukup mengirimkan pesan singkat. Fensa langsung mengangkat pada deringan yang pertama.
    Fensa:”Halo.. Assalamu’alaikum..”
    Noftavia:”Wa’alaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?”
    Fensa:”Ada apa mbak?”
    Noftavia:”Pulang bisa pagi ini juga?”
    Fensa:”Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa dikeluarkan!”
    Noftavia:”Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang dulu, tengok ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.”
    Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan giat. Kini terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha menepis dengan kuat.
    Fensa:”Iya, aku pulang sekarang…!”
    Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju yang mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat. Sepanjang perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari wilayah Bogor. Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam benaknya hanya ada ibu, ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.
    Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang rawat sang ibu.
    Noftavia:”Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..”
    Fensa:”Iya kak..”
    Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama ini. Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya. Justrus eulas senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.
    Fensa:”Ibu wajahnya kok bisa begini?”
    Ibu:”Tidak apa-apa..”
    Fensa:”Dok, ibu kok bisa begini kenapa?”
    Dokter:”Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu anda.”
    Fensa:”Apa itu?”
    Dokter:”Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi di ginjal. Sehingga membuat ibu anda sukar membuang sampah dlaam tubuhnya mbak.”
    Noftavia:”Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar keringat dek..”
    Dokter:”cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karen aginjal yang terganggu. Mengakibatkan kulit ibu anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara mengguankan infus khusus agar bisa kencing dan berkeringat.”
    Fensa:”Apakah bisa diatasi dok?”
    Dokter:”Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan kemudahan dari-Nya!”
    Noftavia:”Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?”
    Dokter:”Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman instan. Padahal tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada ginjal ibu anda.”
    Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini dengan selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta perawatanya.
    Noftavia:”Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan. Kondisi ibu tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi, hanya mau makan buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.”
    Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah, membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes. Sang ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang praktis cara membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan melalui ini semua adalah jalan yang terbaik.
    Fensa:”Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.”
    Noftavia:”Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi kesehatan agar tidak tunggang langgang begini.”
    Fensa:”Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu yang baik. Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
    Noftavia:”Semoga saja”
    Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat mereka akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang dianggap sepele.
    Ibu:”Kapan sampai sa?”
    Fensa:”Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan sembuhnya?”
    Ibu:”gak apa-apa.”
    Fensa:”Ibu selalu saja bilang ‘gak apa-apa’. Yang sakit apa bu? Perutnya sakit kalau makan?”
    Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur tubuh ibunya terlihat penuh keriput. Karen akulit yang tadinya menggembung karena penumpukan cairan kini tepah kempis dan meinggalkan bekas. Bekas yang sangat menyakitkan, mencerminkan penderitaan ibunya yang tidak perbah diungkapkan kepada kedua putrinya.
    Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan permohonan dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat merawat di rumah sakit menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu akan dirawat di rumah oleh Noftavia. Sebab fensa harus ebkerja untuk mencari biaya berobat sang ibu setiap bulannya. Semakin hari keadaan ibu memang semakin membaik, meskipun sejak keluar dari rumah sakit. Sang ibu suda tidak pernah lagi berpijak di tanah dengan kedua kakinya. Kesehatan itu mahal harganya, sakit berat seharusnya tetap dijaga asupan konsumsi hariannya.
     
    Contoh 2 

    Judul : patuh pada orangtua.
    Tema : sosial.
    Jumlah pemeran : Drama 3 orang.
    1. Tomy
    2. Lisa
    3. Sinta
    Sinopsis drama :
    Tomy sedang ngobrol dengan Lisa disebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Tomy dan Lisa adalah dua remaja yang sangat patuh pada orangtua. Tidak lama kemudian datanglah Sinta. Sinta adalah sosok remaja yang kurang memperhatikan perintah orangtua dan sering melanggarnya.
    Sinta : Eh.. ada apa kok kelihatannya lagi pada serius gitu?
    Tomy :Eh kamu Sinta.. nggak kok, Lisa cerita ke aku kalau dia kemarin disuruh Ibunya untuk beli barang kebutuhan dapur, tapi dia kelupaan.
    Lisa : Iya, Sinta.
    Sinta : Terus? Kenapa gitu aja kok kayak jadi masalah serius gitu buat kamu Lisa?
    Lisa : Ya iya dong, itu namanya kan aku nggak ngendahin perintah Ibu aku. Kan nggak baik kalau seorang anak sering nggak memperhatikan perintah orangtuanya.
    Tomy : Betul tu.. harusnya Lisa nggak suka lupa gitu.
    Sinta : Yea elah.. kalau cuman gutu aja mah aku sering. Ngapain juga urusan kecil gitu aja kalian pikir ampe segitunya.
    Tomy : Kok kamu seperti itu sih Sinta? Ya sudah seharusnya dong Lisa menyesal, kan itu nggak bagus namannya. Nggak memperdulikan perintah orangtua.
    Sinta : Kalau aku sih, bukan sekali-dua kali saja begituan. Lagian yang namanya nggak ingat mau gimana lagi. Masak setiap orangtua nyuruh kita harus dipenuhin, nggak juga kan?
    Lisa : Ya harus dong Sinta. Yang namanya orangtua kalau udah nyuruh kita yang kita harus kerjakan.
    Tomy : Ah.. aku sih kalau sempat yang aku kerjain, kalau nggak yang nggak.
    Lisa : Itu nggak baik Sinta. Itu namanya kamu anak yang tidak patuh pada perintah orangtua. Kamu harus bisa merubah sikap kamu, ntar kamu jadi anak yang durhaka lagi.
    Tomy : Betul kata Lisa itu Sinta. Kamu harus berubah. Jangan membiasakan diri meremehkan perintah Ibu/Ayah kamu. Nggak baik itu.
    Sinta : Iya deh.. aku ngerti.
     

    Pengertian CERPEN beserta contohnya

    CERPEN

    Cerpen adalah karangan pendek yang umumnya mengisahkan masalah sederhana.
    Ciri-ciri cerpen
    Ø  Panjang cerita berkisar antara 3 s.d. 10 halaman/kurang dari 10.000 kata
    Ø  Cerita selesai dibaca dalam sekali duduk
    Ø  Cerita hanya memiliki satu insiden
    Ø  Konflik yang terjadi tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya
    Ø  Cerita hanya memilikisatu alur
    Ø  Perwatakan digambarkan secara singkat.
    Struktur cepen dibentuk oleh unsur ekstrinsik dan intrinsik
    a.      Unsur ekstrnsik
    ü  Latarbelakang pengarang, seperti pendidikan, kondisi keluarga, jenis kelamin, dan usia
    ü  Waktu dan tempat penulisan karya
    ü  Judul karya
    b.      Unsur intrinsik
    ü  Tema, adalah pokok pikiran yang menjiwai keseluruhan cerita
    ü  Alur (plot),  merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat
    Ø  Alur dibedakan atas:
    ·         Alur maju
    ·         Alur mundur
    ·         Alur campuran
    ü  Latar/setting, merupakan tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam suatu                         cerita
    ü  Penokohan, adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter                           tokoh-tokoh dalam cerita
    Ø  Penokohandibedakan atas,
    *      Tokoh sentral
    ·         Tokoh protagonis, merupakan tokoh berkarakter baik
    ·         Tokoh antagonis, merupakan tokoh berkarakter jahat
    *      Tokoh bawahan
    ·         Tokoh tritagonis, merupakan tokoh yang paling dekat/sering muncul                         dengan tokoh sentral karakter tergantung cerita
    ·         Tokoh pembantu, merupakan tokoh pendukung/tambahan
    ·         Tokoh lataran/figuran, merupakan pelengkap jalannya cerita.
    ü  Sudut pandang (point of view),  adalah posisi pengarang dalam bercerita
    Ø  Sudut pandang dibedakan atas:
    ·         Sudut pandang orang pertama, yaitu posisi pengarang berada dalam                           cerita, ditandai dengan kata aku/saya.
    ·         Sudut pandang orang ketiga, yaitu posisi pengarang bearada di luar                            cerita, ditandai dengan nama tokoh/peran.
    @salah satu sumber menyebutkan bahwa jenjang SMA hanya dipelajari dua kategori sudut pandang. Dari berbagai referensi buku bahasa Indonesia sudut padang tergolong ke dalam beberapa jenis tergantung pengarang buku tersebut, namun hingga sekarang belum adanya patokan/rujukan standar
    ü  Amanat, merupakan pesan berupa nasehat yang hendak disampaikan pengarang                              kepada pembaca melalui karya itu.
    Nilai-nilai dalam cerpen
                                      
    ü  Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia
    ü  Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia (kemasyarakatan)
    ü  Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan                                     manusia dan masyarakatnya. 

    CONTOH CERPEN: 

    komedi si bugil & spanduk lusuh

    Karya-Ahmad Tohari

    Kebanyakan anak muda di kampung kami gemar akan orkes dangdut. Namun tidak ada yang seperti Sontokliwon. Anak muda yang satu ini bukan gemar, dia maniak. Maka Sonto selalu di sana bila ada pentas. Sonto akan berdiri paling depan. Saat yang paling ditunggu adalah ketika penyanyi berdiri di tubir panggung, agak jongkok, dan menawarkan tangan untuk disalami penonton. Kepuasan Sonto tercapai ketika dia menengadah sambil meraih tangan penyanyi. Pada saat seperti itu betis penyanyi hampir menyentuh wajah Sonto. Demikian, Sonto pernah bilang tubuh perempuan adalah keindahan ciptaan Tuhan. Jadi, tidak salah memandangi ke semua bagiannya. Itu pendapat Sonto.
    Kemarin ketika sedang memperbaiki motornya Sonto diuji: benarkah tubuh perempuan selalu menarik dipandang karena ia ciptaan Tuhan? Pagi itu ada perempuan terlantar lewat. Dia muda dan hampir bugil. Tetapi wajahnya tanpa citra jiwa. Tatapan matanya kosong. Semua pejalan kaki yang berpapasan dengan dia menunduk atau membuang muka. Sonto juga menatapnya sepintas tetapi kemudian membuang muka. Ternyata Sonto  tidak setia dengan pendapatnya sendiri selama ini. Entahlah, Sonto merasa tidak nyaman ketika melihat tubuh bugil perempuan terlantar; beda ketika dia melihat tubuh penyanyi dangdut.
    Si Bugil terus ke utara, melenggang bebas. Dia tak mengerti orang kampung kami menghendaki dia menutup satu bagian tubuhnya dengan telapak tangan. Dia malah menggunakan tangan untuk memunguti botol plastik di pinggir jalan, lalu membuangnya lagi sambil tertawa. Agak di depan sana perempuan terlantar itu berhenti. Mungkin karena angin dari timur tiba-tiba bertiup lebih kencang. Dahan pohon kenari di dekatnya bergoyang. Sebuah spanduk yang sudah lepas sebelah talinya ikut berayun dan terjurai hampir mencapai tanah. Orang kampung kami tahu spaduk itu sudah berbulan-bulan demikian. Tak ada orang yang mau menyentuh. Semua merasa segan terhadap pemasang spanduk itu, sebuah organisasi politik yang punya barisan pemuda berseragam loreng.
    Tentu hanya orang seperti Si Bugil yang tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu siapa pemasang spanduk itu. Dia juga tidak tahu beda pakaian loreng dan pakaian biasa. Maka Si Bugil tidak hanya berani menyentuh spanduk lusuh itu, tetapi bahkan menariknya hingga putus menjadi dua bagian. Satu bagian yang ada di tangan Si Bugil sepanjang dua meteran dan tertera lambang organisasi politik itu. Sesungguhnya lambang itu sudah baur. Namun orang kampung kami pasti tahu lambang organisasi apa gambar itu.
    Di kampung kami para perempuan dan gadis menyukai iklan dengan model artis cantik yang tubuhnya hanya bertutup lilitan handuk. Kakinya hampir terbuka penuh. Di atas, dadanya juga setengah terbuka. Syahdan, apakah Si Bugil yang terlantar itu juga ingin secantik model iklan? Apakah dia pernah mengalami suatu masa menjadi perempuan normal yang tentu ingin secantik artis? Seorang gadis kampung kami muncul. Maka dia menjadi saksi bahwa Si Bugil mungkin benar ingin seperti artis cantik dengan handuknya. Gadis kampung kali ini menyaksikan Si Bugil membalutkan potongan spanduk lusuh itu ke tubuh sendiri. Seperti model cantik dengan handuknya, tubuh Si Bugil terbalut dengan spanduk lusuh dari tengah paha naik sampai tengah dada. Di bagian perut Si Bugil ada gambar lambang organisasi politik.
    Melihat ulah Si Bugil mata gadis kampung kami membulat dan menyala. Mulutnya terbuka dan kelihatan dia berhenti bernafas. Namun sesaat kemudian dia tergelak keras sambil menekan perut dengan kedua tangan, berbalik dan lari. Boleh jadi dia ingin memanggil teman-teman agar ikut menyaksikan pemandangan yang baginya amat mengesankan. Tetapi yang kemudian datang bukan hanya para gadis melainkan juga orang dewasa laki-laki dan perempuan, juga Sontokliwon. Sonto bahkan langsung mendekati Si Bugil di bawah pohon kenari. Mungkin karena orang-orang mengelilinginya, Si Bugil tak bergerak. Wajahnya tetap tanpa citra jiwa. Matanya yang hampa tak pernah menatap siapa pun.
    Sonto yang kelihatan amat bersuka-cita, berjingkrak dengan gerakan semaunya. Dia seperti menahan kegembiraan yang siap meledak. Kedua tangan naik ke atas dengan acungan kedua ibu jari. Sonto berjoget irama dangdut.
    “Ini baru bagus, benar-benar bagus, keren banget,” seru Sonto entah ditujukan kepada siapa. “Yang kemarin keluyuran berbugil sekarang sudah bertutup. Apa tidak keren? Iya, kan?”
    Tak ada tanggapan. Orang-orang kampung kami membisu. Atau ada satu orang yang tersenyum samar. Semua orang diam dan menunggu. Mata mereka tertuju ke arah Si Bugil yang terus mematut-matut diri dengan potongan spanduk lusuh itu. Ada orang kampung kami yang jakunnya turun-naik. Menelan ludah. Kemudian, diawali dengan satu orang, warga kampung kami mulai berbalik mau meninggalkan tempat. Namun mereka berhenti dan menoleh. Ada motor menderu dan mendadak berhenti hanya setengah meter dari kaki Sonto. Seorang pemuda dengan helm cakil dan celana loreng terburu-buru memarkir motornya. Dia warga kampung kami juga.
    “Ada apa ini?” tanya Si Cakil sedetik setelah melepas helmnya. Gerak dan langkahnya amat sesuai dengan celana loreng yang dipakai.
    Mulut semua orang kampung kami diam belaka. Kecuali mulut Sonto yang cengar-cengir lalu bersuara rendah dan pelan. “Lah, Cakil sahabat kami, kamu bisa lihat sendiri, bukan?”
    Seperti mendengar perintah kepala regunya, pemuda bercelana loreng itu patuh kepada Sonto. Matanya yang tajam kemudian mengarah lurus ke batang pohon kenari kira-kira tujuh langkah di depannya. Di sana Si Bugil masih bergerak mematut diri dan bersikap seperti tak ada siapa pun di sekelilingnya. Sementara orang-orang kampung kami menatap wajah Si Cakil dengan seksama. Wajah yang amat tegang dan merona tetapi seakan buntu. Tangan kanan Si Cakil mengepal seperti mau bertinju. Urat rahangnya menggumpal. Untung suasana yang tegang bisa dimentahkan oleh Sonto. Dia berjoget goyang dangdut dengan asyiknya tepat di belakang punggung Si Cakil.
    “Brenti!” Teriak Si Cakil setelah berbalik badan. Wajahnya bertambah merah. “Ini bukan perkara main-main. Kalian jangan anggap enteng. Ini pelecehan terhadap organisasi kami. Siapa yang menyobek spanduk itu? Ayo, siapa?” Leher Si Cakil tegang. Matanya merah menyorot sekeliling.
    “Lah, sahabat kami Cakil, sabarlah,” jawab Sonto pelan. “Dia sendiri yang menjambret spanduk itu untuk menutup tubuhnya. Itu bagus kan? Artinya, organisasimu telah menolong menutup aurat satu perempuan terlantar. Iya kan? Jangan tuduh kami. Di sini tidak ada orang yang peduli terhadap spanduk lusuh itu kecuali kamu.”
    “Cukup! Aku tidak peduli. Yang jelas martabat organisasi kami sedang dipertaruhkan; simbol kami dijadikan penutup aurat perempuan gila. Kamu Sonto, ambil spanduk itu dari tubuh itu!” Perintah Si Cakil sambil berkacak pinggang. Lagi, sikap Si Cakil sesuai benar dengan celana lorengnya. Tetapi Sonto tetap tenang, sangat tenang.
    “Walah-walah, Cakil sahabat kami, sampean ini bagaimana? Aku kamu suruh melepas spanduk itu dari tubuhnya? Menyuruh aku menelanjangi perempuan? Ya tidak lah. Kami tidak mau lagi melihat tubuh itu kembali telanjang. Lagi pula, mengapa bukan kamu sendiri? Spanduk lusuh itu milik organisasimu kan? Ayo, ambillah. Nah, kami akan menyaksikannya.”
    Si Cakil mendesis-desis sambil berjalan menghentak-hentakkan kaki. Matanya selalu menghindar dari pohon kenari. Di sana Si Bugil sudah diam. Tetapi tadi dia tersenyum aneh ketika Sonto bergoyang joged di belakang Si Cakil. Barangkali joget Sonto memang amat buruk bahkan di mata orang yang telah hilang kesadarannya. Suasana terasa hambar dan bisu. Kemudian ada perempuan kampung kami yang pergi meninggalkan kerumunan di bawah pohon kenari. Dia berjalan cepat menuju halaman rumah sendiri lalu menarik selembar kain batik dari galah jemuran. Balik lagi ke bawah pohon kenari dan langsung mendekati Si Bugil. Ada irama keibuan keluar dari mulutnya. Lembut sekali.
    “Sini, Nak. Sinik, Nak. Kamu pakai kain ini. Yang itu buruk, dilepas saja, ya?”
    Semua orang menunggu. Dan semua orang melihat mata Si Bugil tidak bergerak. Ketika permintaan itu diulang, Si Bugil menoleh, tetapi sambil memiringkan badan pertanda menolak. O, perempuan kampung kami itu seorang penyabar dan sangat lembut. Maka dia ulangi lagi permintaannya.
    “Pakai kain ini, Nak, nanti kamu akan cantik seperti pengantin baru yang pagi-pagi mandi keramas. Ayo, Nak, sini.”
    Demi dahan-dahan kenari yang terus bergoyang ditiup angin dari timur, Si Bugil memberi tanggapan. Matanya yang semula mati tiba-tiba ada percik setitik cahaya jiwa. Ada senyum, senyum apa pun namanya. Kedua tangannya bergerak meraba tepian spanduk yang tergulung di bagian dada. Seperti anak kecil yang mau melepas semua pakaiannya, Si Bugil bergerak apa adanya. Spanduk lusuh mulai melonggar di dada dan kemudian nyaris jatuh. Orang-orang kampung kami menundukkan kepala. Si Cakil membalikkan badan sambil mendesis dan menghentakkan kaki. Hanya Sonto yang lain. Barangkali dia ingin mengembalikan pendapat bahwa tubuh perempuan adalah keindahan ciptaan Tuhan dan tentu boleh dipandang bagian-bagiannya. Tetapi harapan Sonto melihat keindahan itu gagal. Perempuan kampung kami lebih cepat bergerak menutup tubuh Si Bugil dengan kain batik yang dibawanya. Dan benar, Si Bugil tampak lebih pantas meski tidak secantik pengantin baru yang pagi-pagi harus mandi keramas.
     Perempuan kampung kami menarik keluar spanduk lusuh yang berlambang organisasi politik itu dari bawah kedua selangkang Si Bugil lalu menjulurkannya ke pada Si Cakil.
    “Ambil ini. Kami, bahkan Si Bugil tidak membutuhkannya.”
    Si Cakil hanya menatapnya dengan sudut mata, mendesis, lalu mengambil motornya, dan pergi. Orang-orang kampung kami bubar sambil membawa tawa masing-masing. Hanya Sonto yang tinggal. Ia bergoyang joget begitu asyik di hadapan Si Bugil yang entah mengapa kali ini dia bisa tersenyum. []


    AHMAD TOHARI
    Seorang novelis terkemuka. Menulis cerpen, novel, dan esai. Lahir di Banyumas, 13 Juni 1948. Dia telah menerbitkan paling tidak 13 karya, berupa novel dan kumpulan cerpen. Yang sangat terkenal tentu saja novel Ronggeng Dukuh Paruk. Novel ini telah diadaptasi ke dalam film. Karya-karyanya diterbitkan juga dalam berbagai bahasa seperti Jepang, Tionghoa, Belanda, Inggris, dan Jerman. Dia mendapat sejumlah penghargaan, di antaranya SEA Write Award, 1995. Kini tinggal di Banyumas, Jawa Tengah.

      sumber:

    http://akfil88.blogspot.co.id/2015/01/materi-pembelajaran-kelas-xi-sma.html 
    http://horison-online.com/cerpen/41-komedi-si-bugil-dan-spanduk-lusuh.html