Saturday, January 30, 2016

cerpen Janji Di Bawah Langit Biru karya Fauzi Maulana

Janji Di Bawah Langit Biru

Cerpen Karangan: 
“Ayahku sudah pergi selamanya!” ucap Eun-ji dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tak usah terlalu sedih Eun-ji! aku… Akan selalu ada untukmu,” seru Hong-jae agak terbata bata. Mereka saling bertatapan. Hong-jae menundukkan pandangannya. Ia tak kuat bila ditatap terlalu lama oleh Eun-ji. “Bagaimana bisa?” tanya Eun-ji mengusap air mata di pipinya.
“Eun-ji! Mari saling menatap ke atas! kau lihat ada apa di sana?” ujar Hong-jae lalu merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput hijau. Eun-ji lalu mengikuti apa yang dilakukan Hong-jae.
Kini mereka saling menatap angkasa yang biru. “Ada langit biru dan sedikit awan,” ucap Eun-ji.
“Park Eun-ji! Mari bersama, Kita mengikat janji di bawah langit biru yang cerah dan luas ini,” tangan Hong-jae lalu menggenggam tangan Eun-ji. “Kim Hong-jae! Heh… Berjanjilah kau akan selalu ada untukku! Berjanjilah kau akan selalu jadi perisaiku…” ujar Eun-ji menatap wajah Hong-jae dari samping.
“Langit biru ini saksinya Eun-ji. Aku berjanji. Kau! Berjanjilah untuk selalu menjadi Eun-ji yang ku kenal, yang selalu ceria. Jangan khawatir aku akan berusaha menjadi perisai yang akan selalu melindungimu,” sambung Hong-jae. Mereka pun lalu bangkit dan pergi menuju tempat yang mereka rencanakan.
Sebulan mereka bersama, semenjak janji yang mereka ucap.
“Apa kita pacaran?” tanya Eun-ji spontan membuat Hong-jae tersedak minumannya lalu terbatuk-batuk.
“Maaf! Hong-jae… kau tak apa apa kan?” tanya Eun-ji panik. Sejenak keadaan pun menjadi hening.
“aku selalu berharap demikian. Tapi, aku tak terlalu berharap padamu Eun-ji. Aku merasa tak pantas denganmu,” Hong-jae tertunduk. Tiba-tiba Eun-ji mengecup kening Hong-jae, sehingga membuat Hong-jae bengong.
“Apa ini cukup menjadi bukti?” tanya Eun-ji dengan seulas senyum.
“Ee…ee..” Hong-jae bergeming. Eun-ji tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Hong-jae. Sebuah kecupan kembali mendarat. Kali ini di bagian bibir Hong-jae.
“Jadilah pacarku lewat kecupan ini!” bisik Eun-ji seraya menatap dalam wajah Hong-jae.
“Janjimu dan janjiku… Harus Kita tepati,” ucap Hong-jae. Eun-ji lalu tersenyum ringan. Ia mengerti maksud ucapan Hong-jae.
Di bawah langit biru musim semi. Hong-jae dan Eun-ji saling merebahkan diri. Menatap indah dan luasnya langit biru karya Tuhan itu. “Ayah! Lihatlah sekarang. aku sedang bersama sosok yang dulu Ayah benci. Sekarang, dia bersamaku dan selalu menjadi perisaiku. Ayah! Berkatilah kami di sini. Bahagialah di sana Ayah!” seru Eun-ji berkata dengan mata tertutup. Hong-jae hanya tersenyum kecil, hanya terlihat sebagian gigi putihnya itu.
“Paman! aku berjanji. Akan selalu ku jaga putrimu yang luar biasa ini. Paman! aku tahu kau sedang bahagia di sana. Restuilah dan berkatilah kami. Karena aku… Sangat menyayangi putrimu ini,” sambung Hong-jae menirukan gaya bicara Eun-ji dengan menutup kedua matanya. Eun-ji membuka matanya dan memandang wajah Hong-jae yang sedang memejamkan matanya. Eun-ji lalu memeluk tubuh Hong-jae dengan segenap rasa di jiwanya. “Terima kasih Hong-jae. Langit biru itu telah mengikap janji Kita dulu. Cinta Kita akan selalu terbentang luas seperti langit biru yang indah itu,” bisik lembut Eun-ji.
KISS!
Untuk pertama kalinya, Hong-jae mencium bibir Eun-ji. Kini, giliran Eun-ji yang bengong. Hong-jae lalu menarik tubuh Eun-ji sehingga kini mereka dalam posisi duduk.
—-
“Apa warna langit?” tanya seorang anak perempuan berusia 4 tahunan yang berada di pangkuan Hong-jae.
“Biru,” jawab Hong-jae. “Bentuknya bagaimana?” kembali anak perempuan itu bertanya, membuat Hong-jae gemas.
“Luas dan iiiiiindaaaah sekali…” jawab Hong-jae lalu mencubit kecil pipi anak itu.
“Sudahlah Ye-eun, Ayahmu pasti tambah gemas. Kamu mau digigitnya?” ucap Eun-ji sambil membawa sepiring pancake cokelat. “Kamu memang gadis Ayah yang paaaaaling cantik dan menggemaskan Ye-eun,” puji Hong-jae dengan sebuah kecupan penuh cinta di pipi buah hatinya itu.
Eun-ji lalu menyuruh dua orang di depannya itu untuk segera sarapan. Dengan hidangan yang ia buat, Hong-jae dan Ye-eun terlihat bahagia dan menikmatinya. Sebuah janji yang terikat kini telah berbuah manis. Hidup yang dijalani Eun-ji kini semakin berwarna semenjak kehadiran Hong-jae. Bersama selama dua tahun, mereka dianugerahi malaikat kecil yang semakin memberi warna di hidup mereka. Song Ye-eun, buah hati yang selalu mereka jaga. Saat ini janji mereka bertambah di bawah langit biru, mereka berteriak akan menjaga dan membesarkan titipan Tuhan yang telah mereka terima. Saling bergandengan tangan, tiga orang yang bahagia itu bersama menempuh hidup ini. Langit biru pun seolah tersenyum kepada mereka bertiga. Inilah jalan yang telah mereka tempuh, mereka jalani dengan bersama sama yang dipenuhi cinta, kasih dan untaian janji suci.
sekian.....
TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI, JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTARNYA SEBELUM PERGI, :D
Cerpen Karangan: Fauzi Maulana
Facebook: www.facebook.com/fauzimaulana.sukidakara

No comments: